“The past is always tense, the future perfect.” ― Zadie Smith Mungkin itulah quote yang bisa mengingatkan kita sebelum menentukan mana yang ingin dicapai; Kuliah untuk kerja atau kerja untuk kuliah. Kata kuncinya adalah masa depan. Bagaimanapun caranya, dengan pilihan yang mana pun yang kita ambil, tujuannya yaitu untuk masa depan yang luar biasa bukan? Banyak pertanyaan datang soal ini, karena banyak pula teman-teman yang masih bingung harus memilih yang mana dan menentukan mana yang terbaik dari dua pilihan tersebut. Pada akhirnya, semua pilihan hanya kita lah yang menentukan, bukan orang lain. Lalu bagaimana cara menentukan? Identifikasi diri sebaik mungkin, apa yang kita butuhkan dan inginkan kemudian dibandingkan dengan kondisi yang sedang dihadapi dan peluangnya di masa depan maupun tantangan/resikonya. Let's start thinking both ways! Kuliah untuk Kerja. How does this feel? Pernahkah kita ditanyai orang tua atau teman atau orang sekitar tentang apa tujuan kita kuliah? Atau pernahkan dibanding-bandingkan dengan orang yang lebih sukses setelah kuliah atau sukses tanpa kuliah? Atau ada yang pernah nyeletuk "Ngapain kuliah toh nanti juga kerja jadi buruh kok"?Pertanyaan-pertanyaan ini agak terdengar horor bagi sebagian orang, namun justru seharusnya bisa mengasah pola pikir kita agar lebih tahu apa yang kita mau dan bagaimana menggapai apa yang kita mau. Saat berada di kampus, sering kali telinga kita mendengar kata-kata mutiara dari teman, senior atau mungkin dosen bahwa selama kuliah sebaiknya aktif ikut organisasi ini itu, punya target IPK tertentu, aktif kegiatan ini itu, agar punya softskill dan hardskill yang mumpuni untuk bisa lebih siap kerja dan mudah diterima kerja. But wait! Keep in your mind bahwa benar tidaknya pernyataan seperti itu, kita lah yang menentukan. Oleh sebab itu, kemampuan berpikir secara holistik dengan strategi jitu sangat diperlukan, dan kesempatan mengasah cara berpikir seperti ini banyak diajarkan di perguruan tinggi. Tak bisa dipungkiri, pada akhirnya semua orang akan butuh untuk bekerja sebagai siklus hidup, begitupun bagi mereka yang merasakan bangku kuliah. Ada banyak hal istimewa ketika kita sudah melalui fase kuliah yang bisa menjadi modal signifikan untuk memulai kehidupan baru di dunia kerja; Jaringan (Networking) yang luas Yup, di perguruan tinggi kita akan mengenal banyak orang dari berbagai kemampuan, daerah, kepercayaan, suku, bahkan status sosial. Inilah kesempatan yang perlu dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Itulah mengapa bergabung organisasi penting, karena kita akan bertemu dengan orang baru dengan karakteristik yang berbeda dan belajar bekerja sama dengan banyak orang. Akhirnya kita belajar kepemimpinan, solidaritas, problem solving, toleransi, public speaking, nilai altruisme, dan pembelajaran keren lainnya. Ditambah pula ada program KKN, magang atau PKL, pengabdian masyarakat, pertukaran mahasiswa, dan sejenisnya yang hanya tersedia di perguruan tinggi. Sehingga bisa dikatakan kampus adalah pabrik untuk mencetak manusia yang lebih siap menghadapi masa depan, apapun profesinya. Nilai-nilai dari networking dari kampus sangat berperan menyiapkan mental kita selama masuk ke dunia kerja, apapun profesinya. Kita akan tahu cara mengatasi pekerjaan yang sulit, menyelesaikan pekerjaan bersama orang lain, emosi yang naik turun karena orang-orang di tempat kerja, dan seterusnya. Bedanya dengan momen magang ketika di SMK yaitu kita lebih sering disuapi oleh perusahaan atau pekerjaan yang diselesaikan terbatas. Namun ketika kita mahasiswa, tantangan yang diberikan bisa saja setara dengan karyawan di tempat kerja tersebut. Saya adalah mantan siswa SMK yang dulu diminta orang tua untuk kerja setelah lulus, namun pada akhirnya saya memilih untuk kuliah. Saya tahu betul perbedaan yang saya rasakan antara di sekolah dengan perguruan tinggi, apalagi di PTN dengan standar dan tantangan yang jauh lebih menantang. Melatih pola pikir Berfikir mungkin nampak mudah dan tak perlu pendikan khusus, namun perlu dilatih. Nah, perguruan tinggi adalah salah satu tempat terbaiknya. Di perguruan tinggi, kita akan belajar bagaimana menyelesaikan tugas atau ujian dengan tenggang waktu yang singkat, bagaimana rasanya menyelesaikan tugas sebaik-baiknya untuk dapat pemahaman dan nilai terbaik, tugas kelompok, observasi, berkompetisi dengan sehat, menciptakan inovasi dan penelitian sebagai upaya menjawab masalah yang terjadi di masyarakat, maupun membuat proyek tertentu yang membuat bingung dan ingin menyerah tapi pada akhirnya berhasil membuatnya. Seriously, it is really worthwhile! Pengalaman itu akan sangat berdampak kepada performa kita saat bekerja. Bisa dikatakan, sekali lagi, kuliah adalah salah satu persiapan terbaik untuk bekerja dengan lebih baik. Menambah wawasan & skill No more questions about this. Puluhan mata kuliah dengan ratusan SKS lah yang akan mengisi otak kita dengan pengetahuan baru. Bukan hanya tentang memahami materi, kita akan belajar presentasi, diskusi, menulis, mengolah data, komunikasi dengan orang lain, negosiasi, dan masih banyak lagi. Belum lagi ada kuliah berbasis praktik yang semakin membuat kita terlatih. Bekal inilah yang akan menambah rasa “Pride & Confidence” saat melangkahkan kaki di dunia kerja. Setidaknya kita akan bertemu dengan orang-orang dengan frekuensi yang sama agar bisa berdiskusi tentang topik tertentu dan saling tukar pikiran dengan lebih banyak orang. Kita juga akan belajar lebih banyak dari orang-orang profesional yang sudah berkecimpung di bidangnya dalam waktu lama. It would be a nice lesson for us. Self-management yang lebih baik Ketika kuliah, kita terbiasa untuk mengerjakan tugas sesuai deadline, bertanggung jawab jika salah atau tidak menyelesaikan tugas, mengatur waktu mengerjakan tugas dan waktu istirahat, mengatur jadwal kegiatan dalam organisasi, membagi waktu untuk bersenang-senang dan olahraga, mengatur waktu selama di kos, belajar masak untuk makan sehari-hari, maupun berjuang mengumpulkan rupiah demi bertahan hidup. Kesempatan itulah yang ampuh mencetak kita menjadi sosok yang jauh lebih well-managed dan momen ini belum tentu bisa kita dapatkan di tempat lain. Manajemen diri inilah yang akan selalu kita bawa di manapun kita berada. Manfaatnya yaitu kita akan lebih mengeksplorasi diri kita dari sisi apa yang kita mau, butuh, dan mampu. Tapi jangan salah, banyak juga orang yang justru mengalami hal sebaliknya. Saat berada di dekat orang tua, mereka lebih disiplin dalam manajemen diri, namun saat terpisah dari keluarga selama kuliah justru semakin berantakan. After all, we decide what we want to become. Kemampuan manajemen diri sangat penting sebagai modal bekerja, apalagi aturan perusahaan pasti lebih ketat dibanding saat di kampus, yang mana kita masih bisa bolos, nakal, dan seterusnya. Nah, di dunia kerja kita akan mengenal aturan-aturan yang lebih kompleks seperti jam kerja yang wajib ditaati, sanksi dari setiap pelanggaran, cara berpenampilan, cara merawat diri, dan seterusnya. Kita tidak akan merasa kaget saat sudah terbiasa melakukan ini sebelumnya, terutama selama kuliah. Kerja untuk Kuliah. Cool! Keren banget kalau kita bisa melakukan pilihan kedua ini. Tidak semua orang beruntung memiliki sumber keuangan yang cukup untuk membayar biaya kuliah, jadi mau nggak mau ya harus pinter cari penghasilan untuk ditabung sebagai modal belajar di perguruan tinggi. Orang-orang yang bekerja demi bisa kuliah justru sangat inspiratif. Alasannya jelas, karena mereka paham betapa pentingnya pendidikan, paham cara berjuang untuk mewujudkan mimpinya, dan paham medan perang di dunia kerja dan bagaimana mengatasinya. Tentu ini akan menjadi potensi kuat untuk bisa stand out selama belajar di bangku kuliah. Apa saja sebenarnya manfaat bekerja untuk kuliah? Siap mental menghadapi semua kesulitan Di tempat kerja banyak sekali ilmu dan pengalaman yang bisa diserap, yang akan mendidik kita menjadi seseorang yang lebih siap menghadapi kesulitan apapun. Orang yang bekerja berarti mereka sudah punya target dan tujuan jelas untuk apa uang yang mereka kumpulkan, sehingga cenderung bekerja lebih keras untuk mencapai tujuan itu. Nah, momen ini sangat bagus sebagai modal menghadapi berbagai kesulitan di bangku kuliah. Di sisi lain, dunia industri dengan dunia kampus pasti akan jauh berbeda, namun dengan bekal pengalaman kerja inilah yang akan membuat kita lebih mudah beradaptasi terhadap perubahan itu. Namun tidak semua orang mengalami hal yang sama. Masih banyak juga yang sudah bekerja tapi terjebak dengan gaya hidup yang wow, malas membaca materi kuliah dan lebih banyak cari kerja sambilan saat kuliah, niat yang hanya sebatas ingin dapat “gelar” saja, dan masih banyak lagi. Belum lagi ada juga rasa malu karena telah menunda masa kuliah (gap year) lalu kuliah bersama adik kelas yang usianya lebih muda dari kita. After all, it depends on us. Just focus on our target and anything will be okay. Saya pun juga sudah bekerja selama hampir satu tahun sebelum kuliah, walaupun alasan kerja ini bukan karena menabung untuk kuliah namun hanya untuk isi kekosongan waktu setelah gagal SBMPTN sebelumnya. Namun semua terasa mudah selama kuliah, bahkan bisa lebih menonjol dibanding mahasiswa lainnya berkat pengalaman kerja yang sudah pernah dirasakan sebelumnya. Lebih matang dalam pola pikir dan manajemen finansial Bagaimana pola pikir bisa lebih matang saat sudah pernah bekerja? Kita akan semakin memandang hal futuristik dan cenderung pragmatis, sehingga lebih tau mana yang penting dan tidak, mana kebutuhan dan keinginan, mana yang membuat kita kuat ataupun lemah, pertemanan seperti apa yang dibutuhkan, komunikasi model apa saat bertemu dosen atau teman, dan sikap lainnya. Kedua, karena sudah tahu susahnya cari uang, kita pun akan semakin bijak menggunakan uang selama kuliah. Yup, kebutuhan selama kuliah pasti selalu ada bengkaknya dan sering tak terduga. Untungnya dengan pengalaman kerja itu, kita akan semakin bijak mengelola pengeluaran dan berusaha memperoleh pemasukan lain namun tidak mengganggu waktu belajar. Kita akan lebih tahu mana yang perlu kita lakukan dan mana yang tidak, mana yang menguntungkan dan mana yang tidak, dan seterusnya. Beberapa dari mereka juga memutuskan untuk lanjut cari cuan dengan berbisnis atau kerja sampingan selama kuliah. Apapun bisa dilakukan selama tidak lupa dengan tujuan pertama kali untuk kuliah, yaitu menuntut ilmu sebaik-baiknya dan sebanyak-banyaknya. Bisa memprioritaskan rencana dan kebutuhan dengan lebih baik Rencana sangat diperlukan sebelum memulai langkah dalam mengejar suatu hal, agar kita tidak asal melangkah atau bahkan tersesat. Seperti halnya pengalaman kerja yang kita miliki, kita sudah pernah merasakan pedas manisnya bekerja sehingga lebih tau bagaimana mempersiapkan diri untuk memperoleh pencapaian selama di perguruan tinggi dan mendapat pekerjaan yang lebih baik setelah lulus kuliah nanti. Menariknya, kita tidak lulus sebagai fresh graduate tapi justru lulus dengan pengalaman kerja akan menjadi poin plus saat melamar kerja. Persaingan kerja kian lama kian menantang, sehingga kita perlu kekuatan dan aspek pembeda kita dengan yang lainnya. Nah, pengalaman kerja inilah salah satunya. Jadi, jangan pernah sia-siakan kesempatan kerja sebelum menikmati bangku kuliah dan jadikan pengalaman itu sebagai pembeda kita agar lebih unggul dibanding lainnya selama dan setelah kuliah. Ada sebuah cerita dari salah satu teman seangkatan waktu di S1 dulu, sebut saja mbak Si. Dia tampil di acara perpisahan pondok pesantren dengan bercerita tentang perjuangannya untuk bisa masuk kuliah di PTN. Ia berasal dari keluarga yang tidak mampu, pun kedua orangtuanya sudah meninggal dunia. Dulunya mbak Si ini tinggal bersama nenek, dan setelah lulus SMA memutuskan untuk bekerja demi bisa nabung untuk biaya kuliah. Ya, bekerja untuk kuliah. Akhirnya ia bisa masuk PTN tahun 2015 dengan biaya sendiri hasil dari tabungan selama bekerja satu tahun. Ternyata, semua tidak semudah yang dibayangkan. Uang yang ia kumpulkan jauh dari kata cukup karena kebutuhan finansial mahasiswa baru umumnya cukup banyak. Sedangkan ia tak punya penghasilan lagi, dan mustahil minta uang ke neneknya terus menerus. Apa yang mbak Si lakukan? Dia rela berjalan kaki dari kampus ke terminal dengan jarak lebih dari 10 km saat ingin pulang kampung demi menghemat pengeluaran, ia puasa Senin-Kamis, makan 1-2 kali sehari, dan seterusnya. Bahkan mbak Si hanya dapat 50 ribu dari neneknya sebagai jatah sebulan, hampir putus kuliah di semester 2 karena sudah tidak sanggup dengan segala biaya tapi akhirnya dibantu oleh salah satu dosen yang membiayai semuanya. Ia pun nadzar kalau lolos PTN dan bisa kuliah, ia akan berkomitmen menjadi penghafal Quran. Keren banget! Menginjak semester 3, ia akhirnya diberi beasiswa Bidikmisi oleh kampus. Dan sejak saat itu dia mulai bangkit lagi menata semangat belajar serta berhasil menghafal Quran. What an achievement! Dari cerita mbak Si di atas, kita bisa lihat bahwa bekerja untuk kuliah itu sangat keren, tapi kita juga perlu realistis apakah uang tersebut akan cukup untuk digunakan selama 4 tahun atau tidak. Dengan niat yang kuat untuk belajar, pasti akan ada jalan yang terbaik dari Tuhan. Lalu, apa solusi terbaik bagi yang ingin merasakan bangku kuliah namun terkendala dengan biaya? Salah satu caranya adalah cari beasiswa. Jelas saat ini sudah banyak pilihan beasiswa S1 hingga S3 dengan kualifikasi dan tantangan tertentu untuk ditaklukkan. Asal kita serius mempersiapkan dan mempertanggung jawabkannya, tidak ada beasiswa yang tak dapat ditaklukkan kok. Jika merasa standarnya tinggi padahal kita menginginkan beasiswa itu, maka kita perlu naikkan kualitas kita agar bisa layak menerima beasiswa tersebut. In short, everything will be easy once we work harder for it. Jadi kamu tim mana? Kerja untuk kuliah atau kuliah untuk kerja? Both of them remain worthwhile for you. So whatever you choose, just make it right!
Tuesday, 25 August 2020
Kuliah untuk Kerja VS Kerja untuk Kuliah
Editor
Dony
Published
August 25, 2020
Related Posts
Load comments
Subscribe to:
Post Comments (Atom)